Learning from Children
BELAJAR DARI
SEORANG ANAK KECIL
Matius 18:1-5
Kebanyakan
orang dewasa mempertanyakan “Siapa yang terbesar?” Markus 9 : 33-34.
Hal ini juga rupanya
terjadi di antara murid-murid. Yesus rupanya tidak secara langsung mengangkat siapa yang
menjadi pemimpin atas mereka,
sehingga murid-murid mempertanyakan siapakah yang terbesar/ menjadi pemimpin di
antara mereka.
“Siapa yg
terbesar dalam Kerajaan Sorga?” menjadi sebuah pertanyaannya rohani untuk menutupi
kepentingan diri, padahal yang
sebenarnya terjadi adalah pertengkaran tentang siapa yang
paling besar, Lukas 22:24.
Kata “terbesar” dalam bahasa Yunani dipakai kata meizōn yang
artinya lebih besar (secara harfiah atau
kiasan, khususnya dalam usia): - sulung, lebih besar (-paling besar), lebih.
Banyak orang ingin menjadi yang terbesar, tapi
Yesus memberi tanggapan yang berbeda, Yesus memberi nasihat:
·
Bertobat,
Lukas 15:7.
Bertobat artinya berbalik
arah. Untuk berbalik arah, yang pertama harus diubah adalah pikiran, Roma 12:2.
Setiap perubahan tanpa perubahan pikiran itu namanya terpaksa/ dipaksa.
·
Menjadi
seperti anak kecil.
Ini bukan berarti
kekanak-kanakan. Jika kita tidak menjadi seperti anak kecil, ada resiko yang
besar, yaitu tidak akan masuk dalam kerajaan sorga.
1 Korintus 14:20,
“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak
dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam
pemikiranmu!” Anak-anak mempunyai sifat polos, dia bisa berbuat jahat bukan
dari dirinya sendiri, tapi karena melihat contoh atau disuruh.
Dalam hal apa
saja kita harus menjadi seperti anak kecil?
1. Anak kecil itu pengampun.
Contohnya, dua anak kecil, Andi dan Tono, main bersama. Karena
berebut mainan, mereka bertengkar, sehingga Andi menangis. Ibu Andi tidak rela
melihat anaknya menangis, maka dia marah pada Tono. Tapi ibu Tono juga tidak
rela anaknya dimarahi, maka dia marah pada ibu Andi, sehingga mereka
bertengkar. Sejam kemudian Andi dan Tono sudah bermain bersama kembali, tapi
ibu mereka sehari, seminggu, sebulan kemudian masih belum saling bertegur sapa.
2. Anak kecil melihat hal positif
dalam lingkup negatif.
Banyak hal negative di pikiran orang dewasa,
tapi bisa menjadi sesuatu yang positif di pikiran anak-anak. Contohnya, ketika banjir melanda Surabaya,
banyak orang mengeluh sebab macet, rumah kotor, dll. Tapi anak-anak gembira,
sebab bisa main air sepuasnya.
Begitu juga dalam peristiwa ketika Yesus member I
makan lima ribu orang lebih dengan lima roti dan dua ikan. Yang membawa lima
roti dan dua ikan adalah seorang anak kecil. Bagi orang dewasa, lima roti dan
dua ikan itu seperti tidak ada artinya untuk kebutuhan mereka, Yohanes
6:9 "Di sini ada seorang anak, yang
mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini?" Tapi anak kecil yang
membawa lima roti dan dua ikan tidak memikirkan kesulitan itu.
3. Anak kecil jujur dan polos.
Soal kejujuran dan kepolosan itu adalah masalah hati.
Bersihkan hati kita, maka kita akan memiliki kejujuran dan kepolosan.
4. Anak kecil percaya dan pasrah.
Beban berat, kekuatiran dan ketakutan seringkali
membuat orang dewasa sulit untuk percaya dan pasrah.
5. Anak kecil menerima dirinya apa
adanya.
Misalnya, di
pelipis Andi ada tompel yang cukup besar. Tapi dia tidak peduli dan tidak malu.
Dia masih bisa bergaul dengan teman-temannya tanpa rasa minder. Tapi Shinta
kakaknya yang sudah dewasa berusaha mati-matian untuk menutup bekas jerawat
dengan memberinya make up yang cukup tebal.
SUKAR atau BISA
Untuk
menjadi seperti anak kecil kita harus bisa merendahkan diri, Matius 18:4, “Sedangkan
barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang
terbesar dalam Kerajaan Sorga. “
Merendakan diri bukan memandang negatif diri kita, ttp
merelakan perlakuan orang lain ketika merendahkan diri kita.
Anak Belajar
dari Orang Tua.
Dalam hal
apa anak belajar dari orang tua?
1.
Menyambut dan menerima
dirinya apa adanya, Matius 18:5, “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
2. Jangan Menyesatkan, Matius 18:6, “Tetapi barangsiapa
menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih
baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.”
3.
Jangan
Menganggap rendah, Matius 18:10, “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini.
Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang
wajah Bapa-Ku yang di sorga.”
4. Jangan sampai terhilang, Matius
18:14, “Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun
dari anak-anak ini hilang."
Jadilah teladan
bagiku, supaya kamu bisa belajar kepadaku !!!
....dari
anak-anakmu
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar